Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review dan Sinopsis Novel Burung-Burung Manyar: Kisah Atik dan Teto Sebagai Romeo dan Julietnya Indonesia


Novel Burung-Burung Manyar cetakan ke-6 1993
Tanganhelra.com-Novel Burung-Burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya pertama kali terbit pada 1981 dan hingga hari ini sudah beberapa kali diterbitkan ulang.

Novel Burung-Burung Manyar bercerita tentang masa-masa ketika Jepang mengambil alih Indonesia dari Belanda melalui seorang anak dari mantan perwira KNIL. Dua tokoh yang diceritakan dalam Novel Burung-Burung Manyar adalah Seta dewa atau Teto dan Latasati atau Atik. 

Karakter yang digambarkan Y.B Mangunwijaya dalam Burung-Burung Manyar adalah dua karakter yang mengalami kesulitan hidup dan perasaan luka yang amat dalam karena ulah para penjajah Jepang. Berikut ini merupakan review dari novel burung-burung Manyar. 

Novel ini direkomendasikan oleh banyak dosen sastra terutama pada mata kuliah apresiasi sastra. Burung-Burung Manyar masuk ke dalam novel sastra lama yang masih menggunakan ejaan lama dan beberapa idiom yang saat ini sudah jarang digunakan.

Lalu bagaimana sinopsis dan review dari novel ini, berikut ini merupakan sinopsis dan review novel burung-burung manyar karya YB Mangunwijaya

Sinopsis Novel Burung-Burung Manyar Karya YB Mangunwijaya

Novel ini mencerita kedua anak yang memiliki darah ningrat Jawa, yang kemudian orang tuanya bersahabat. Mereka memiliki selang usia dua tahun dan berteman baik saat kecil. Setadewa dipanggil Teto, dan Larasati dipanggil Atik, keduanya kemudian lama tidak bertemu ketika remaja.

 Pada tahun ketika Jepang memasuki Indonesia, Ayah Teto yang merupakan tentara Belanda diculik oleh Jepang. Inilah yang membuat keluarga Teto akhirnya berbalik 180 derajat. Ia dan maminya menumpang di Jl Kramat Jakarta tempat Atik dan keluarnya tinggal.

Tapi kemudian Mami Teto membuat keputusan yang sangat besar. Ia mendapatkan surat dari komandan Jepang yang mengaku telah menculik suaminya. Dan agar suaminya tak terbunuh, Mami Teto harus menyerahkan dirinya untuk menjadi gundik komandan Jepang. Ia pergi meninggalkan Teto melalui sepucuk surat yang diberikan kepada Bu Antana (mami Atik)

Atas kehancuran yang Teto alami, ia membenci Jepang dan juga membenci orang-orang yang tunduk kepada Jepang. Termasuk mereka-mereka yang menunduk untuk meminta kemerdekaan (bangsa Indonesia). Akhirnya Teto masuk KNIL, angkatan perang kolonial Hindia Belanda. Ia memerangi Jepang dan juga “calon” bangsa Indonesia yang tunduk untuk meminta kemerdekaan.

 Disisi lain, Atik diceritakan menjadi sekretaris Syahrir. Salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia. Atik dan Teto berada di tim yang berlawanan. Tapi inilah salah satu daya tarik dari novel ini. Atik, seorang perempuan cerdas dan semangat akan perjuangan Indonesia. Ia percaya bangsa ini akan segera merdeka dan memiliki masa depan cerah.

Sementara itu Teto membiarkan dirinya untuk terjun balas dendam terhadap apa yang telah dialami oleh keluarganya. Teto paham benar mengapa Atik ada disisi sana, begitu juga Atik, ia tau benar mengapa Teto harus sejauh itu melangkah menjauh dari hidupnya.

Novel ini menggambarkan kelapangan hati dan juga supportivitas yang lain bentuknya. Kini, banyak pasangan yang mengikuti paham pasangannya demi bisa bersama. Tapi Teto dan Atik lain. Mereka tetap teguh di pendirian masing-masing. Tapi hati mereka tetap mencintai satu sama lain.

Review Novel Burung-Burung Manyar Karya YB Mangunwijaya

Tokoh yang paling menderita adalah Atik    

      Hampir semua pembaca menjurus kepada Teto. Ia adalah tokoh yang kisahnya menjadi benang merah dalam cerita. Kisah keluarga dan kehilangan yang ia miliki, jelas membuat pembaca ikut bersimpatik terhadap gejolak batin yang dialami Teto.

      Tapi bagi Saya, justru Atiklah yang paling menderita. Ia harus merelakan cintanya mengejar balas dendam dengan menjadi musuh dari tim perjuangannya, lalu di dalam penungguan Atik, ia juga harus menikahi orang lain dengan alasan rasionalitas. Menunggu Teto yang tidak diketahui hidup dan matinya sama seperti menumpangi samudra tanpa arah.

      Selepas menikahi Janakatamsi, Atik juga harus menderita karena ternyata suaminya sangat baik hati dan pengertian. Lho, kok menderita? Karena cerita akan lebih mudah jika suami Atik adalah orang yang kasar atau tidak setia. Atik akan dengan mudah bercerai kemudian melanjutkan penungguannya untuk Teto. Saya yakin betul, bagi Atik menjadi Janda lebih baik daripada perawan tua. Atau mungkin sejak awal ia tidak masalah tidak menikahi siapa-siapa hanya untuk menunggu Teto-nya itu.

      Setelah kehilangan Teto, pembaca dibawa pada cerita bahwa Atik tiap tahun mengunjungi makan mami Teto. Dari sini pembaca dapat mengetahui bahwa segala cara telah Atik upayakan untuk mencari tanda-tanda hidup dari Teto.

      Kisah dan perjalan Teto yang panjang, nyatanya juga tak kalah membuat Atik frustasi dalam pencarian dan penungguan. Bagaimana bisa lelaki itu tidak menemui Atik bertahun-tahun karena belum siap atas kekalahannya dalam perjuangan mereka yang berlawanan jalan. Dengan bangga, Teto, setelah berpuluh-puluh tahun mengatakan masih mencintai Atik. Padahal dia sendirilah yang tidak menemui Atik lebih cepat. Ia sendirilah yang dengan kesombongannya, menjadikan Atik bertahun-tahun terluka.

      Atik, seorang perempuan di masa itu, yang cintanya bahkan lebih dari cinta Juliet kepada Romeo.

     Hampir tidak ada Pria seperti Janakatamsi

      Sosok suami Atik ternyata cukup mengejutkan. Pembaca dapat mengetahui dengan jelas, bahwa Janakatamsi tau betul bahwa istrinya dan Teto saling mencintai. Tak perlu menunggu Teto datang, ia tau benar bagaimana rasanya menikahi wanita yang selama pernikahan menceritakan pria lain? Yang bahkan nama anak pertama mereka dibuat  untuk mengenang cinta pertamanya itu.

      Dan lagi-lagi ketika Teto datang, Pria ini dengan senyum meminta agar Teto memeluk istrinya dengan erat. Ia meminta agar Teto tidak meninggalkan mereka, supaya istrinya tetap bisa tersenyum.

      Ah, sebagai pembaca. Jelas Saya ingin bertanya langsung kepada Y.B Mangunwijaya, bagaimana bisa ia membuat tokoh suami Atik menjadi seorang yang hampir tidak ada di muka bumi ini.

      Namun Saya yakin benar. Diciptakannya tokoh Janakatamsi merupakan sebuah pergulatan batin bagi pembaca, sekaligus menjadi cara dari penulis, agar tokoh-tokohnya tidak berkhianat atas nama cinta.

      Setelah pengakuan Teto dan Atik yang saling mencintai. Mereka sepakat, Janakatamsi tidak boleh tersakiti. Atik harus tetap mencintai suaminya. Dan Teto akan menjadi kakak untuk mereka berdua.

      Sebuah keputusan yang sangat luar biasa. Keputusan yang bahkan nyaris tidak akan pernah terjadi di dunia ini, atau khususnya di abad ini.

       Pengarang, selalu memiliki cara agar tokoh-tokohnya tidak berkhianat

       Seperti yang sebelumnya saya tuliskan. Pengarang karya sastra selalu punya cara agar tokoh-tokohnya tidak berkhianat atas nama cinta.

       Seperti bagaimana akhirnya penulis novel Pulang tidak membuat Lintang utara memilih Alam atau Narayana (baca reviewnya di sini), atau sebagaimana novel Nadira menahan tokohnya untuk pulang menemui Utara Bayu (Baca reviewnya di sini).

      Di akhir cerita, Atik dan Teto sepakat tidak akan membuat siapapun tersakiti, termasuk Janakatamsi. Tapi jelas Teto mengatakan, bahwa ia takut tidak akan kuat. Ia takut tidak akan bisa menahan perasaannya untuk Atik.

      Hingga akhirnya kepergian Atik yang tragis, jelas merupakan cara agar Teto dan Atik tidak mengkhianati seorang pria tanpa dosa. Janakatamsi.

      Selaku pembaca, Saya berterima kasih kepada penulis. Saya selalu membenci pengkhiatan meskipun dalam novel.

       Akhir dari cerita ini membuat Atik dan Teto terselamatkan di hati Saya.




      Salam Hangat,

       Helra