Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Novel Nadira Karya Leila S Chudori: Gejolak Batin Karakter yang Bisa didengar


Novel Nadira Karya Leila S Chudori

Tanganhelra.com-Novel Nadira atau yang sebelumnya dikebal sebagai 9 dari Nadira, merupakan novel karya Leila S Chudori yang pertama kali terbit pada 2009. bagaimana sinopsis dan reviewnya, Yuk, simak artikel dibawah ini.

Sebagaimana judulnya, Novel Nadira menceritakan kisah hidup tokoh Nadira sebagai karakter utama yang bekerja sebagai pembawa berita dan mengalami kejadian buruk yang melelahkan mentalnya. Penulisnya membuat pembaca bisa merasakan kegelisahan yang dirasakan Nadira di sepanjang jalannya cerita.

Novel karya Leila S Chudori ini sebenarnya mengusung permasalahan sederhana, yaitu kematian sang ibu karena bunuh diri yang diikuti penyesalan dan kebingungan sang anak dengan menerka-nerka sebenarnya hal apa yang membuat ibunya memutuskan untuk melakukan hal tersebut.

Tidak seperti novel-novel Leila S Chudori lainnya yang cukup populer karena disisipi bagian historical seperti Novel Laut Bercerita dan Pulang, novel Nadira ini penuh dengan kisah fiksi, tetapi membuat gundah dan resah yang menular.

Berikut ini sinopsis dan review dari novel Nadira, sebuah karya dari Leila S Chudori yang sayang untuk dilewatkan.

Sinopsis Novel Nadira Karya Leila S Chudori

Penyesalan dan Kebingungan

Di bagian utama novel, pembaca dapat mengetahui bahwa Kemala (Ibu Nadira) meninggal karena bunuh diri. Hal ini kemudian membuat Nadira depresi dan mulai bertanya-tanya hal apa yang membuat ibunya pergi. 

Kematian Ibunya yang tidak pernah disangka-sangka, membuat hidup Nadira hancur. Ia terlalu gila dalam pekerjaannya sebagai jurnalis. Dan Nadira, hampir tidak pernah pulang sehingga tidur di kolong mejanya.

Mungkin pembaca review ini akan mengira bahwa novel Nadira yang berhubungan dengan pergulatan batin, akan terasa membosankan dan monoton. Tapi ternyata tidak. Itulah salah satu daya tarik dari cara Leila S Chudori dalam menulis fiksi. Masalah sesederhana apa pun menjadi kegundahan pembaca. 

Permasalahan awal yang dimulai dengan kematian sang ibunda, membawa Nadira ke dalam hidup yang berantakan, hening, dan tidak peduli dengan apapun yang orang pikirkan tentang dirinya. Tapi siapa sangka jika Leila akan mengirim Nadira ke dalam wawancara seorang psikopat.

Cerita Nadira yang telah hancur karena kehilangan Ibu yang begitu ia cintai, membuat ia selalu bekerja keras agar dapat melupakan rasa sedih itu. Hingga suatu hari ia memenuhi tugas wawancara seorang tahanan yang telah membunuh banyak ibu secara tragis. Siapa sangka juga bahwa tahanan itu adalah seorang psikiater.

Karena latar belakang profesi serta trauma masa kecil yang pembunuh itu alami, ia kemudian menebak-nebak bagaimana Nadira hidup, bagaimana kakak-kakaknya memiliki kecemburuan karena Nadira memiliki prestasi yang lebih baik, dan bagaimana ibunya lelah dalam menjalani hidup. Hal itulah yang membuat pembaca ikut panas, merasakan panas yang ada di dada Nadira, lalu bersorak penuh kemenangan ketika akhirnya Nadira melayangkan tinjunya pada tahanan itu.

Sangat jarang ada penulis yang menuliskan sebuah cerita dengan mengandalkan emosi batin dari seorang tokoh karena hal tersebut tidak mudah. Namun, Chudori berhasil membuat pembaca bersimpati kepada kehidupan Nadira. Bagaimana pembaca juga ikut merasa depresi, bagaimana pembaca ikut hancur karena tingkah Nadira setelah kepergian ibunya.

Review Novel Nadira Karya Leila S Chudori

Kisah Cinta yang Tipis dan Tak Kalah Membuat Frustasi

Selain ikut frustasi karena kesedihan yang dirasakan karakter Nadira, pembaca juga diberikan sedikit angin segar sekaligus angin panas. Angin segar karena ada sedikit kisah cinta yang 

Tapi yang tak kalah epik adalah percintaannya dengan Utara Bayu, seorang kepala redaksi yang sejak di bagian pertama sudah digambarkan bahwa lelaki itu mencintai Nadira.

Dalam dunia nyata, banyak sekali orang yang mencari kebahagiaan tapi kemudian mendapatkannya dari hasil menjatuhkan kebahagiaan orang lain. Tapi banyak karya sastra yang tidak membiarkan hal itu terjadi. Salah satunya novel ini. Mereka seringkali membiarkan tokohnya belajar melepas agar tidak merebut kebahagiaan orang lain.

Suatu Nadira menikah dengan seorang lelaki yang memiliki ego sangat tinggi. Hal ini membuat Utara Bayu hancur juga. Utara tau bahwa lelaki itu bukan lelaki yang baik, tetapi ia sendiri tau, bahwa hal itu tidak akan Nadira terima. Seorang wanita yang jatuh cinta, memiliki peluang buta lebih tinggi terhadap kenyataan orang yang cinta. Inilah yang membuat Utara Bayu mencoba melepaskan dirinya.

Dari pernikahan itu, Nadira mempunyai anak dan akhirnya berpisah karena lelaki itu semakin besar egonya. Nadira akhirnya kembali berkuliah ke kanada. Kepergian Nadira membuat Utara Bayu merasa luar biasa kehilangan. Lelaki itu, menunggu Nadira bertahun-tahun lamanya, tapi Nadira tidak pernah menyadarinya.

Hingga akhirnya Utara Bayu harus menerima, bahwa sepertinya Nadira memang tidak pernah mencintainya. Penungguan yang panjang itu tidak pernah terbalas, dan akhirnya membuat Utara Bayu memilih untuk membalas perasaan wanita lain, Venna.

Utara Bayu menikah dengan  Venna, dan memberikan undangan kepada keluarga Nadira. Beberapa waktu kemudian, Nadira yang telah bergulat dengan batinnya, menelfon kakaknya untuk mengabarkan bahwa ia akan menemui Utara Bayu, dan membalas perasaannya.

Namun sayang seribu sayang, Nadira kalah cepat. Bagi saya seorang pembaca, mungkin jika Nadira tetap pulang, Utara Bayu akan membatalkan pernikahannya, dan kisah cintanya dengan Nadira akan berakhir bahagia.

Tapi inilah karya sastra, pengkhianatan adalah sesuatu yang tidak terpuji, menjijikan, dan tidak indah. Nadira memilih diam, tidak pernah pulang ke Indonesia, tidak menyatakan apa-apa kepada Utara Bayu sehingga pemuda itu tidak akan pernah mengetahui bahwa cintanya terbalas.

Nadira tidak mau merusak kebahagiaan Vena, karena perempuan itu juga sudah lama menunggu Utara Bayu. Sekali lagi, pembaca dibuat adu batin, antara keinginan untuk bahagia dan keinginan untuk tidak menyakiti siapa-siapa.

Nadira lebih memilih untuk mundur, dan menyadari bahwa ini adalah kesalahannya karena tidak menyadari perasaannya pada  Utara Bayu yang sebenarnya sudah ada sejak dulu.


Salam Hangat,

Helra