Review dan Sinopsis Novel Pulang Karya Leila S Chudori: Sepotong Kue dari Sejarah Kelam Indonesia
Novel Pulang Karya Leila S Chudori |
Tanganhelra.com-Novel Pulang karya Leila S Chudori pertama kali terbit pada 2013 dan sudah mengalami beberapa kali cetak ulang. bagaimana sinopsis dan review dari novel Pulang karya Leila S Chudori baca selengkapnya di sini.
Pulang karya Leila S Chudori seringkali tertukar dengan Pulang karya Tere Liye. Meskipun memiliki judul yang sama, latar dan alur yang dimiliki kedua novel ini sangat berbeda. Pembaca akan segera tahu setelah membaca sinopsis dari novel pulang.
Novel Pulang karya Leila S Chudori menceritakan kisah perjalanan beberapa eksil di Prancis. Eksil merupakan orang-orang yang dicabut kewarganeraannya akibat dituduh terlibat dalam gerakan 30 september pada 1965.
Dalam novel Pulang menjelaskan bahwa kebanyakan eksil adalah mereka yang sedang bekerja atau berkuliah di negara asing yang memiliki ideologi komunis pada saat pemberontakan PKI atau yang dikenal Gerakan 30 September 1965 terjadi.
“Novel ini bisa membuat pembacanya pulang, dan memeriksa apa yang pernah terjadi di masa lampau negeri ini”
Mereka yang saat itu berada di negara berideologi komunis dianggap berbahaya karena bisa "tertulari" paham tersebut dan dianggap mengancam keutuhan bangsa. Maka dari itu, para eksil dilarang pulang selama masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Lalu bagaimana sinopsis dan review dari Novel Pulang karya Leila S Chudori, berikut ini selengkapnya.
Sinopsis Novel Pulang Karya Leila S Chudori
Mereka yang Tidak Boleh Kembali
Novel Pulang bercerita tentang tokoh utama Dimas Suryo dan ketiga kawannya yang terpaksa bertahan hidup di negeri orang, berpuluh-puluh tahun lamanya. Mereka dituduh masih berkerabat dengan Hananto, yang digambarkan sebagai seorang tokoh PKI pada 1965.
Paspor serta kewarganegaraan Dimas dan teman-temannya dicabut, sehingga akhirnya mereka berjalan tanpa arah dan rencana dari sebuah negara ke negara lain. Hingga akhirnya mereka di Paris dan bertahan hidup hingga ada yang menikah dan memiliki keturunan.
Bertahun-tahun lamanya mereka tidak bisa kembali ke Indonesia. Mereka tertuduh, terusir, dan terasing dari negeri sendiri.Bahkan, lebih dari itu bukan hanya mereka yang sengsara, tetapi keluarga mereka di Indonesia juga di cap tidak bersih lingkungan karena memiliki hubungan darah dengan orang yang tertuduh menjadi bagian dari komunis.
Novel ini, akan membuka mata para pembaca, karena efek mengerikan dari gerakan yang terjadi pada september 1965 ternyata bukan hanya berimbas pada pembunuhan jenderal dan keluarganya. Namun, juga berdampak kepada masyarakat Indonesia yang tertuduh menjadi bagian dari pelakunya. Mereka kehilangan hak-hak mereka untuk hidup di negeri sendiri.
Selama 552 halaman, pembaca akan dibawa oleh alur maju dan alur mundur dari kehidupan Dimas Suryo. Alur mundur merupakan kisahnya selama di Indonesia, bagaimana ia mengenal Hananto yang terlibat dengan PKI, dan kisah rumit lainnya soal asmara dan pertemanan.
Alur maju akan menceritakan kehidupan Dimas Suryo di Paris, bagaimana ia bertemu Vivienne Deveraux, seorang mahasiswa Universitas Sorbonne dan akhirnya menikah lalu memiliki anak. Pembaca akan melihat bagaimana Dimas bertahan hidup dan membesarkan hatinya atas takdir yang ia miliki.
Kisah-kisah selanjutnya adalah mengenai diskriminasi-diskriminasi yang diterima para eksil dan keluarganya dari pemerintah Indonesia dan orang-orang Indonesia lainnya. Berhubungan dengan eksil seperti sesuatu yang dilarang dan sebaiknya dihindari.
Review Novel Pulang Karya Leila S Chudori
Kisah Mahabrata dalam Takdir Seorang Eksil
Cara Leila S Chudori bercerita selalu menjadi seni yang menarik untuk pembaca menikmati tulisan-tulisannya. Dalam Novel Pulang, Chudori menceritakan seorang karakter dalam wiracarita Mahabrata bernama Ekalaya.
Melalui Ekalaya, digambarkan juga takdir Dimas Suryo yang serupa dengannya. Jika Ekalaya dikhianati oleh guru yang sangat ia percaya, Dimas Suryo dikhianati bangsa sendiri. Meski begitu keduanya tetap berusaha memberikan yang terbaik kepada orang yang sudah mengkhianatinya.
"Ayah adalah seorang Ekalaya, ia ditolak tapi ia akan bertahan meski setiap jejaknya penuh darah dan luka" Lintang Utara, Novel Pulang
Tidak mudah mengambil perumpaan apalagi melalui kisah dari sebuah karakter juga. Namun, begitulah karya sastra. Ia bisa membuat pembaca tertarik membaca karyanya dan mencari tahu lebih dalam tentang karya lainnya.
Kisah tentang Ekalaya dan panahnya terus diceritakan oleh Dimas Suryo kepada putrinya, Lintang Utara. Hal ini juga membuat Lintang Utara tumbuh mencintai Indonesia melalui cerita-cerita Dimas.
Leila S Chudori dan Masakan Nusantara
Pembaca yang pernah membaca beberapa buku Chudori pasti tahu, bagaimana ia menggambarkan makanan dalam narasi-narasi novelnya. Terutama soal masakan khas Indonesia. Caranya mendeskripsikan makanan kadang membuat pembaca jadi merasa sangat lapar.
Sebagaimana karakter Laut dalam Novel Laut Bercerita yang gemar memasak, kali ini Dimas Suryo juga digambarkan sebagai juru masak yang akhirnya mendirikan restoran tanah air di Paris dengan teman-teman eksil lainnya.
Karakter Dimas Suryo digambarkan pandai memasak sejak ia kuliah di UI. Dimas rajin memasak makanan untuk teman-teman dan kekasihnya. Kebiasaan ini ia bawa hingga ke Paris, memasakkan istri, anak, dan teman-temannya makanan khas Indonesia.
Dimas Suryo dan teman-temannya mendirikan restoran tanah air untuk mencari nafkah. Melalui hal ini juga mereka mengenang Indonesia dan menunjukkan bagaimana rasa cinta terhadap bangsa sendiri masih begitu kuat.
Siapa yang dipilih Lintang?
Di sisi lain, novel ini menceritakan juga kisah cinta anak Dimas Suryo, yaitu Lintang Utara. Selama ia tinggal di Paris, ia berpacaran dengan Narayana. Seorang Pria yang juga blasteran Indo-Prancis. Seorang lelaki yang selalu mendukungnya, bahkan mencari cara agar Lintang bisa pergi ke Indonesia untuk menyelesaikan tugas akhirnya.
Meski begitu, selama di Indonesia Lintang dekat dengan Alam. Anak dari Surti dan Hananto. Di Indonesia, Lintang sangat dekat dengan Alam, mereka juga berhubungan dan berbagi kasih satu sama lain. Alam membantu projek Lintang untuk menyelesaikan tugas akhir. Dan mereka berdua akhirnya bisa melihat langsung bagaimana orde baru digulingkan di tahun 1988.
Diruntuhkannya orde baru, membuat Dimas Suryo dan kawan-kawannya dapat pulang ke Indonesia. Sayangnya, Dimas Suryo pulang ke Indonesia berbarengan dengan kepulangannya kepada Tuhan.
Di akhir cerita, Lintang belum memilih antara Alam dan Narayana. Lewat surat dari Ayahnya, Lintang tau bahwa cepat atau lambat ia harus memilih, siapa yang paling ia sukai.
Leila kemudian seakan-akan membuat pembaca memilih jagoannya sendiri. Siapa yang akan dipilih Lintang? Narayana atau Alam?
Sebagai seorang pembaca, Saya merasa berhak untuk menyuarakan setidaknya lewat bacaan-bacaan yang saya telusuri. Seperti pada review sebelumnya di Novel Nadira klik disini. Bagi saya, karya sastra selalu memiliki cara sendiri untuk tidak berkhianat.
Seperti bagaimana pada akhirnya Nadira tidak pulang ke Indonesia. Menurut Saya hal yang sama terjadi pada novel Pulang. Alih-alih membuat ending Lintang dengan Alam yang merupakan sebuah pengkhianatan murahan. Atau justru sebaliknya, membuat Lintang langsung kembali pada Narayana setelah semua kenangannya dengan Alam di Indonesia, malah membuat Lintang terkesan tidak memiliki hati.
Jadilah Leila seolah membuat pembaca memilih jagoannya sendiri, siapa yang ingin pembaca menangkan.
Dan alur yang Saya percaya adalah Lintang tetap kembali pada Narayana. Ia memang mencintai Indonesia sebagaimana ia mencintai Ayahnya. Tapi Lintang bukan tipe orang yang tidak tau terima kasih. Ia juga bisa mengukur cinta dan keseriusan Narayana untuknya.
Sebagaimana Lintang tetap berdiri di samping mamanya ketika bahkan mengetahui Ayahnya belum bisa melupakan cinta pertama. Sebagai pembaca Saya yakin, Lintang kemungkinan besar akan kembali pada Narayana, dan menjadikan alam sebagai sahabat dari Indonesia.
Fakta menarik dari novel ini adalah empat sekawan di tokoh utama diambil dari kisah nyata Sobron Aidit. Sobron tidak bisa pulang ke Indonesia ketika kakaknya, D.N Aidit merupakan pemimpin tertinggi dari Partai Komunis Indonesia dan ditangkap sebagai dalang dari peristiwa G30S-PKI.
Ia terpaksa menetap di Paris, dan bersama teman-temannya mendirikan sebuah restoran.
Bagi Saya, novel ini merupakan karya yang sangat hebat. Bagaimana Leila yang latar pendidikannya di Kanada, bisa menuliskan Paris dengan berbagai referensi yang baik. Di sela-sela perdebatan antar tokoh pun, Leila dapat menyisipkan beberapa karya sastra lain sehingga menjadi sebuah referensi atau sumber yang unik.
Membaca karya-karya Leila, khususnya Pulang, membuat pembaca
jadi ingin lebih membaca karya sastra lainnya
Salam Hangat,
Helra