Review dan Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk: Sisi Lain dari Peristiwa G30S-PKI
Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari |
Ronggeng Dukuh Paruk bercerita tentang dua karakter utama, yaitu Srintil dan Rasus. Latar waktu yang diceritakan adalah masa pada 1960-1970 dengan latar tempat sebuah desa fiktif di Indonesia yang masih sangat terbelakang.
Dukuh Paruk merupakan nama dari desa tersebut yang digambarkan sangat terbelakang dan mempercayai hal-hal yang mistis, utamanya soal Ronggeng. Masyarakat percaya bahwa inang ronggeng akan masuk ke tubuh salah satu perempuan desa dan membawa keceriaan dan kebahagiaan bagi masyarakat.
Dalam novel ini, Ahmad Tohari menggambarkan masih banyaknya kebodohan dalam masyarakat Indonesia masa itu, tetapi bukan untuk menghardik atau mencela. Sebaliknya, agar pembaca bisa menyadari bahwa kebodohan bisa membuat seseorang terjerumus sebuah petaka besar yang bahkan ia sendiri tidak mengerti.
Berikut ini sinopsis dan review dari Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Sinopsis dan Review Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari
Kehilangan Cinta karena Kebodohan
Novel ini dimulai dengan menceritakan seorang ronggeng cantik di sebuah desa bernama dukuh paruk Desa tersebut merupakan desa yang belum maju, banyak orang yang belum berpendidikan, bahkan digambarkan bertukar suami-istri pun seperti hal biasa.
Ronggeng tersebut adalah Srintil, seorang gadis cantik yang orang tua nya mati karena keracunan tempe bongkrek. Sejak itu Srintil hidup bersama dengan nenek dan kakeknya. Ia berteman dekat dengan Rasus, anak lelaki yang perlahan-lahan mulai jatuh cinta padanya.
Sudah lama sejak kematian Ronggeng terdahulu yang mati akibat keracunan bongkrek, kakek dan nenek Srintil melihat bakat pada cucunya yang seperti kemasukan inang ronggeng. Terpilihnya Srintil menjadi ronggeng baru, membuat seluruh laki-laki di dukuh paruk berlomba untuk dapat memerawaninya.
Itulah tradisi Dukuh Paruk, seorang ronggeng yang masih perawan seolah menjadi sayembara, siapa yang bisa membayar mahal dan memerawaninya merupakan orang yang hebat dan beruntung. Para istri bahkan mengusahakan agar suami merekalah yang dapat memerawani Srintil.
Hal inilah yang kemudian membuat Rasus sakit hati. Cinta pertamanya menjadi ronggeng dan tidak bisa ia miliki. Meski begitu, ia akhirnya mengetahui bahwa Srintil juga mencintainya. Tepat sebelum malam pertama Srintil tidur dengan pemenang sayembara, Srintil dan Rasus bercinta diam-diam. Namun sayang, hal itu tetap membuat Rasus patah hati dan memutuskan untuk pergi dari Dukuh Paruk.
Rasus pergi jauh dari desa itu, ia pergi ke pasar dan menjadi tukang angkut. Tak lama, ia juga ditarik untuk menjadi pesuruh di markas tentara. Disisi lain, kabar ada ronggeng cantik di dukuh paruk mulai terdengar hingga desa lain. Nama Srintil semakin di kenal banyak orang. Banyak yang pergi ke dukuh paruk hanya untuk melihat Srintil meronggeng.
Sejarah Kelam yang Korbannya Pun Tak Mengerti
Tahun ke tahun berlalu, atas adanya suatu kasus pengejaran tersangka yang dibantu Rasus. Ia akhirnya dilatih dan diangkat menjadi tentara. Rasus mulai menata hidupnya dan mencoba melupakan Srintil.
Suatu waktu di tahun 1965, Desa Dukuh Paruk kedatangan seseorang pria yang sering mengobrol dengan pemuda-pemuda. Ia membahas bagaimana pemerintah harus bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat. Tak hanya itu, tim ronggeng Srintil juga diajak untuk mengisi sebuah acara. Mereka bahkan tidak tau acara tersebut acara apa.
Srintil dan timnya hanya memenuhi undangan pekerjaan. Mereka dibayar dan pulang, tidak tau apa acara tersebut. Dukuh paruk, sebuah desa yang orang-orangnya saja masih dapat bertukar pasangan. Bagaimana bisa mereka paham bahwa kumpulan orang yang mengundang mereka ternyata adalah bagian dari sebuah gerakan yang akan membuat satu negara ketakutan.
“Setelah novel Pulang milik Leila, Ahmad Tohari juga memberikan gambaran sebuah desa yang masih terbelakang, tertuduh menjadi bagian PKI, ketika bahkan mereka tidak tau apa itu PKI”
Hingga suatu hari gerakan tersebut terjadi. Pemerintah mulai mendata siapa saja yang berhubungan dengan orang-orang dari kumpulan tersebut. Datanglah mereka ke dukuh paruk, menarik orang-orang yang terlibat pentas termasuk Srintil. Dari bagian ini pembaca dapat merasakan sebuah air mata, karena untuk pertama kalinya Kita ingin menyelamatkan orang-orang yang bodoh.
Mereka diintrogasi berkali-kali tapi tidak ada satu pun yang dapat mereka pahami. Srintil ditahan entah di penjara mana, dan warga desa mulai ketakutan. Lalu pulanglah Rasus ke desanya, desa yang dulu memisahkan ia dan cinta pertamanya. Kini, warganya bertekut lutut meminta agar Rasus mencari Srintil.
“Seringkali perasaan cinta terhadap seseorang tetap bertahan ketika bahkan Kita sudah mencoba melupakannya mati-matian”
Meskipun pada akhirnya Srintil dibebaskan, ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa ia dihukum. Bukan hanya Srintil, tetapi seluruh desa Dukuh Paruk yang tidak tahu kesalahan yang mereka perbuat dan menyeret mereka dalam malapetaka ini.
Rasus harus melihat Srintil hilang kewarasan, bersamaan dengan itu ia akhirnya mengakui juga bahwa perasaannya tak kunjung pudar.
Harga Diri dan Perasaan
Di sisi lain, ada poin cinta yang saya pelajari juga di novel ini. Kadang dalam sebuah hubungan, terdapat orang yang tersakiti dan terbuang. Itulah rasus, ia merasa terbuang dari desanya ketika cinta pertamanya tidak bisa dimiliki. Warga desa lebih senang menjadikan Srintil sebagai ronggeng sehingga Rasus tidak memiliki kesempatan untuk menikahinya.
Pada bagian ini penulis membuat pembaca mempelajari satu hal. Jangan egois karena harga diri. Setelah Srintil hancur dan Rasus sudah menjadi orang hebat dan terdidik, Rasus tau benar bahwa di lubuk hatinya, ia masih mencintai Srintil. Tetapi Rasus selalu tumbuh dalam bayang-bayang penolakan. Rasus hidup dalam kepercayaan bahwa dulu ia dibuang dan tidak bisa diambil kembali.
Barulah setelah Srintil sakit dan menjadi gila, Rasus akhirnya kalah dari egonya. Ia mengatakan bahwa Srintil adalah calon istrinya, seketika hati rasus menjadi tenang. Ia telah mengakui rasa cintanya meskipun terlambat, yaitu setelah Srintil menjadi tidak waras.
Pembaca yang baik, ada kalanya ketika Kita mencintai seseorang, musuh utama Kita adalah ego dalam diri sendiri. Kita merasa dia bukanlah orang yang layak untuk dicintai, Kita merasa dia adalah orang yang sudah berkhianat dan tidak bisa diampuni. Tapi hati Kita kadang-kadang lebih keras dari pada batu. Degupannya kadang bisa lebih hebat dari pukulan mana pun.
Oleh karena itu jika itu terjadi kepadamu, maafkanlah mereka yang Kamu
cintai, dan berikan kesempatan agar hatimu juga berdamai dengan ego.