3 Tips Agar Mentalmu Tangguh Menurut Buku Filosofi Teras Karya Henry Manampiring
Buku Filosofi Teras Karya Henry Manampiring |
Filosofi Teras bisa menjadi sebuah suplement yang membantu manusia untuk hidup bersama manusia lain dan rentan terkena berbagai konflik. Mulai dari perkataan buruk, ancaman terhadap kepercayaan diri, hingga penghianatan.
Henry Manampiring, dalam bukunya Filosofi Teras menerangkan berbagai cara mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidup dan emosi-emosi negatif sesuai dengan filsafat stoa yang diajarkan oleh Zeno sejak 2000 tahun silam.
Filosofi Teras memberikan kamu cara agar terhindar dari segala macam kejadian yang bisa membuat moodmu memburuk, kesal, dan merasa tidak berguna.
Berikut 5 Tips dari Filosofi Teras agar mentalmu menjadi lebih tangguh.
1. Ketahui Hal-Hal yang Bisa Kita Kendalikan dan Tidak Bisa dikendalikan
Bagi saya pribadi, ungkapan ini merupakan ungkapan sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam jika Kita berhasil menerapkan sehari-hari. Ketika kita bisa membedakan mana saja hal-hal yang bisa kita kendalikan dan tidak bisa kendalikan, emosi negatif dalam diri kita bisa dicegah dan suasana hati bisa menjadi lebih tenang.
Bukan hal-hal atau peristiwa tertentu yang meresahkan kita, tetapi pertimbangan/pikiran/persepsi akan hal-hal dan peristiwa tersebut. -Henry Manampiring
Contoh hal-hal yang bisa kita kendalikan adalah opini atau pendapat kita mengenai sesuatu, pertimbangan, tujuan, dan keinginan. Kita bisa mengendalikan hal-hal tersebut.
Sementara
itu, terdapat banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan dalam hidup, seperti pandangan
orang lain terhadap kita, popularitas, kekayaan, kesehatan, hingga sesederhana
terjebak macet saat ada rapat penting.
ilustrasi kesal karena sesuatu |
Ketika kita menyadari bahwa “suatu keadaan yang sial” telah terjadi pada diri kita, dan kita sepenuhnya sadar bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang bisa kita kendalikan, maka hati kita bisa melepaskan diri dari emosi-emosi negatif. Mental kita menjadi lebih tangguh.
2. Cara Menyikapi Kekayaan Orang lain
Di abad 21 ini, sangat mudah bagi kita untuk melihat kepemilikan dari seseorang. Si A yang sukses di umur sekian, memiliki banyak properti mewah, teman-teman yang banyak, dan pasangan yang setia. Atau si B yang berhasil jadi bos di usia muda, hingga bisa pensiun dini.
Segala kekayaan orang lain bisa dengan mudah kita lihat melalui sosial media. Kemudian memancing rasa iri, membanding-bandingan hidup dan pencapaian yang kita miliki, dan berujung terjebak dalam emosi negatif.
Dalam buku Filosofi Teras, cara untuk menyikapi kekayaan orang lain adalah dengan menempatkan kekayaan pada tempatnya. Jika kita terus mengartikan kekayaan hanya sebatas kepemilikan properti, maka kita terus dalam kesalahan yang besar.
Kekayaan memiliki berbagai macam bentuk seperti skill, manner, hingga “tidak memiliki keinginan untuk selalu mengikuti pendapat atau opini orang lain” juga merupakan kekayaan.
Berapa banyak orang kaya yang selalu merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki. Sementara itu, jika kita mampu untuk membebaskan diri dari mengikuti suatu tren atau opini orang lain, maka kita termasuk kaya.
Sederhananya, berapa banyak orang kaya yang tidak pernah puas karena tuntutan tren. Mereka terus mengeluarkan uang tiada henti untuk mencapai hal tersebut. Lalu, jika kita merupakan orang yang bahkan tidak memiliki keinginan terhadap tren tersebut, kita justru menjadi kaya yang sebenarnya karena tidak perlu berusaha untuk mengikuti tren itu.
3. Mengendalikan Persepsi
Seringkali kita menjalani satu hari yang dirasa sangat sial. Hari-hari ketika kita diselingkuhi dan harus mengakhiri hubungan yang dibangun bertahun-tahun, hari ketika dimarahi oleh dosen dan mendapatkan nilai buruk, hari ketika kita terkena macet dan klien membatalkan perjanjian, bahkan hari ketika kita sakit demam saat hari H liburan bersama sahabat-sahabat tersayang.
Setelah hal-hal menyedihkan itu terjadi, peluang emosi negatif dalam diri kita lebih rentan hadir dan membuat kita menderita.
Kita terus menerus merasa sial, mengumpat,
dan menyalahkan diri sendiri atau keadaan yang padahal tidak bisa kendalikan
(poin 1).
Maka dari itu, mengalikan persepsi terhadap suatu kejadian yang menimpa kita merupakan hal yang harus kita kuasai. Memang tidak mudah, tetapi segala sesuatu yang sudah dilatih maka akan terbiasa.
Diselingkuhi bisa kita artikan sebagai cara tuhan menyelamatkan kita dari orang yang salah. Terlalu klasik? Tetapi ya memang begitulah adanya.
Bayangkan kamu hidup dan menikah dengan seseorang yang tidak setia, tidak bisa menghargai proses bersamamu, dan tidak puas dengan satu orang. Bukankah ini bisa jadi kesempatan Tuhan untuk memberikanmu manusia lain yang lebih baik?
Sakit demam saat hari H sebuah liburan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Kamu bisa berpikir bahwa Tuhan dan alam seringkali bekerja sama untuk memberikanmu nasib terbaik. Bisa saja demam mu menjadi cara Tuhan untuk menghindarkanmu dari suatu musibah jika kamu tetap ikut liburan.
Sangat klasik? Ya, tetapi memang begitu adanya. Lagi pula, sakit dan diselingkuhi bukan ada di bawah kendalimu, bukan? (kembali ke poin1).
Nah, itulah 3 tips yang ada dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Dalam buku tersebut, banyak sekali, lho, hal-hal lain yang bisa membuat mental kita lebih tanggung dan terhindar dari emosi negatif.
Buku Filosofi Teras bisa kamu beli di Gramedia.***
Salam
Hangat,
Helra.