5 Alasan Harus Jadi Pengajar Muda di Gerakan Indonesia Mengajar
Pengajar Muda Kayong Utara Angkatan XXIII bersilaturahmi dengan SDN di kabupaten |
Tanganhelra.com- Pengajar Muda merupakan panggilan untuk para relawan yang ditugaskan oleh yayasan Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) selama satu tahun.
GIM merupakan yayasan yang menyaring sarjana-sarjana terbaik bangsa untuk mengajar di sekolah dasar (SD) sekaligus mengabdi kepada masyarakat di daerah 3T.
Yayasan GIM membuka dua gelombang pendaftaran pengajar muda setiap tahunnya untuk ditempatkan di beberapa daerah berbeda. GIM merekrut 40-75 pengajar muda sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Menariknya, pendaftar GIM setiap gelombangnya mencapai angka ribuan. Sebagai contoh, pendaftaran pengajar muda angkatan XXIII mencapai 6812 pendaftar, yang kemudian disaring GIM menjadi 40 orang saja.
Hal ini membuktikan bahwa banyak sekali masyarakat yang tertarik dan ingin menjadi Pengajar Muda di Gerakan Indonesia Mengajar. Lalu apa sih yang membuat menjadi relawan di GIM sangat diminati oleh orang-orang?
Berikut 5 alasan mengapa kamu harus menjadi pengajar muda di Gerakan Indonesia Mengajar.
1. Merasakan Lanjut S2 Kepemimpinan
Sepertinya bukan lagi hal yang keren jika membahas terkait pelatihan kepemimpinan. Begitu banyak lembaga atau wadah dalam dunia pendidikan (mulai dari SMP hingga jenjang perkuliahan) yang memberikan pelatihan kepemimpinan.
Namun, menjadi relawan di GIM bukan seperti ikut dalam program KKN karena nyatanya setiap pengajar muda akan ditempatkan sendirian di desa yang berbeda-beda.
GIM memang membagi para pengajar muda di beberapa daerah, tetapi di tiap kabupaten setiap pengajar muda akan ditempatkan di desa yang berbeda-beda.
Hal ini membutuhkan banyak persiapan, bukan hanya soal mengajar, tetapi cara untuk “dilepas” sendirian di suatu masyarakat yang jelas memiliki banyak perbedaan dengan latar yang pengajar muda miliki.
Pelatihan pengajar muda yang cukup panjang dan padat merupakan persiapan bagi pengajar muda untuk bukan hanya memimpin diri sendiri, tetapi juga memimpin teman, siswa, bahkan terjun ke masyarakat.
Calon Pengajar Muda dalam Pelatihan Kegiatan Bersama Masyarakat |
Maka dari itu, seorang calon pengajar muda bukan hanya dibekali persiapan mengajar, tetapi juga persiapan untuk terjun di masyarakat. Calon Pengajar Muda (CPM) dibiasakan untuk berinteraksi secara langsung dengan masyarakat.
Bukan hanya itu, mereka juga dilatih bagaimana untuk “menjadi bagian” dari masyarakat itu sendiri.
2. Bukan Hanya Menjadi Guru, tetapi Mendorong Perubahan Perilaku
Jika berkaca terhadap visi dan misi GIM, para pengajar muda bukan hanya bertugas menjadi seorang guru di sekolah dasar.
Hal inilah yang membuat proses seleksi dan pelatihan pengajar muda memerlukan waktu yang cukup panjang.
Pengajar muda yang ditempatkan di tiap daerah memiliki misi untuk mengajak berbagai lapisan masyarakat untuk ”ikut berkontribusi” terhadap pendidikan.
Hal inilah yang membuat pengajar muda bukan hanya bisa menjadi guru, tetapi juga bisa menjadi bagian dari masyarakat sehingga bisa menarik berbagai lapisan di masyarakat agar tertarik dan berkontribusi terhadap pendidikan.
3. Berjejaring dengan Pemuda Berjiwa Sosial Se-Indonesia
GIM merekrut berbagai pemuda dengan latar yang berbeda-beda se-Indonesia. Maka dari itu, para pengajar muda merupakan sarjana-sarjana terbaik yang berasal dari suku, ras, dan agama yang berbeda-beda.
Meski begitu, ada satu kesamaan yang mempertemukan para pemuda ini yaitu memiliki jiwa sosial yang tinggi dan ingin sama-sama berkontribusi untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Calon Pengajar Muda dalam pelatihan |
Fakta menariknya, banyak pengajar muda yang bukan berasal dari rumpun ilmu pendidikan. Para pengajar muda berasal dari latar pendidikan berbeda-beda seperti dari rumpun kesehatan, keuangan, komunikasi, bisnis, agama, bahkan teknik.
Hal ini membuat para pengajar muda bukan hanya bisa mengabdi, tetapi juga bisa sama-sama bertukar pikiran dan menyusun strategi untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
4. Estafet Pengabdian
GIM memang mengirimkan satu pengajar muda untuk satu desa di suatu kabupaten tertentu. Namun, sebenarnya GIM memberikan patokan untuk suatu daerah 3T untuk ditinggali oleh para pengajar muda selama maksimal 5 tahun.
Hal ini membuat akan adanya 5 pengajar muda selama 5 tahun yang menempati suatu desa. Maka dari itu, ada sebutan pengajar muda pelari pertama, kedua, hingga kelima (pelari terakhir).
Lima pengajar muda tersebut akan saling estafet pengabdian yang mereka lakukan, mulai dari strategi, hal-hal baik, masyarakat yang berpotensi untuk merealisasikan visi-misi, hingga harapan-harapan yang bisa dikembangkan di desa tersebut untuk tahun berikutnya.
Hal ini membuat pengabdian para pengajar muda tidak dilakukan sendirian, melainkan sebuah kerja sama dari tangan ke tangan dan dari tahun ke tahun yang memerlukan kerja sama dan komitmen terhadap kemajuan pendidikan.
5. Mengenal Berbagai Budaya Baik
Budaya baik yang akan dibicarakan di sini, bukanlah budaya yang dimasuki oleh para pengajar muda di derah penempatannya masing-masing.
Melainkan berbagai budaya yang dibiasakan oleh GIM bagi para pengajar mudanya. Banyak sekali budaya yang dikenalkan GIM yang bukan hanya membantu pengajar muda untuk memudahkan tugasnya selama pengabdian.
Namun, budaya-budaya ini juga bisa membuat para pengajar muda menemukan dan menghargai diri mereka sendiri dan juga orang lain.
Pengajar Muda XXIII memulai perjalanan sebagai tim dan partner berjuang |
Sebagai contoh, GIM mengajarkan budaya refleksi untuk membuat seseorang bukan hanya berfokus terhadap apa yang kurang dan harus mereka perbaiki, tetapi juga hal-hal baik apa yang sudah mereka lakukan sehingga layak untuk di apresiasi.
GIM mengajarkan budaya seimbang, yaitu memperbaiki apa yang belum baik dan mengapresiasi apa yang sudah baik. Hal ini bukan hanya ditekankan untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang berada di sekitar kita.
Sebenarnya, masih banyak sekali hal-hal seru yang akan kamu dapatkan selama menjadi pengajar muda. Jadi, yuk coba menjadi pengajar muda di Gerakan Indonesia Mengajar.
Kita semua berhak mendapatkan pendidikan dan juga wajib menebarkan manfaat pendidikan***
Salam hangat,
Helra.