Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review dan Sinopsis Film Catatan Harian Menantu Sinting

Sahar dan Minar dalam film Catatan Harian Menantu Sinting

Tanganhelra.com-Film Catatan Harian Menantu Sinting rilis pada Juli 2024 dan bisa disaksikan di seluruh bioskop Indonesia. Simak review dan sinopsis lengkapnya dalam artikel ini.


Film Catatan Harian Menantu Sinting merupakan adaptasi dari novel berjudul sama, karya Rosi L Simamora.Deretan artis papan atas yang membintangi film adalah Ariel Tatum, Raditya Dika, Robby Purba, hingga Raline Shah.


Catatan Harian Menantu Sinting merupakan film bergenre slice of life yang bercerita tentang kehidupan di awal pernikahan, terutama konflik dengan ibu mertua yang masih bersikeras memegang adat lokal.

Ariel Tatum sebagai Minar

Konflik dalam film ini sangat sederhana, tetapi cukup relate untuk pasangan yang tinggal di asia tenggara khususnya Indonesia. Adanya gap pemahaman pelestarian budaya antara generasi tua dan muda di Indonesia membuat konflik dalam cerita ini sangat menarik.


Latar budaya batak juga membuat film ini kaya akan sumber sinematografi, latar musik daerah yang syahdu, dan dapat menjadi salah satu representasi kekayaan budaya di Indonesia.


Lalu bagaimana sinopsis dan review lengkap film Catatan Harian Menantu Sinting, berikut penjelasan lengkapnya.


Sinopsis Film Catatan Harian Menantu Sinting

Pernikahan dan Persiapan


Film Catatan Harian Menantu Sinting bercerita tentang Minar (Ariel Tatum) dan Sahar (Raditya Dika) pada tahun-tahun awal pernikahan mereka. Terdapat berbagai konflik, yang beberapa dikemas dengan komedi segar.

Pernikahan Minar dan Sahar menggunakan adat batak
Dengan menikahi lelaki batak yang memiliki keluarga besar, Minar sudah tahu bahwa ia akan terlibat dalam banyak drama keluarga Sahar. Berdasarkan narasinya, ia siap dan memahami konsekuensi apa saja yang akan ia dapatkan.


Sambil menunggu tabungan cukup, Minar dan Sahar masih ikut tinggal di rumah mama Sahar, yang kemudian dihadiahi “ranjang kramat” yang katanya akan cepat mendapatkan keturunan jika tidur dan bercinta menggunakan ranjang tersebut.

Ranjang Kramat dalam film Catatan Harian Menantu Sinting

Namun, sialnya ranjang tersebut sudah cukup tua hingga mengeluarkan suara denyit setiap kali ada gerakan. Hal itu membuat Minar dan Sahar memperbaiki engsel-engsel ranjang. Namun, ketidak hadiran bunyi engsel justru membuat mereka tertuduh jarang bercinta.

Inang dan Minar dalam Catatan Harian Menantu Sinting
Konflik demi konflik mulai terjadi secara runtut, mulai dari inang (sebutan untuk mama mertua) terus bertanya kapan Minar positif hamil, melarang keras pemakaian kontrasepsi, menganggap Minar tidak bekerja karena Work From Home, hingga drama lainnya.


Penyelesaian masalah dari konflik dalam film ini sebenarnya hanya satu, Minar hamil agar memiliki penerus marga keluarga sehingga inang tidak lagi banyak menuntut dan merecoki urusan rumah tangga mereka.


Namun, untuk mencapai semua itu, Minar dan Sahar harus sabar mengatasi banyak tuntutan inang yang tidak kunjung memahami kondisi mereka. 


Bersabar Atas Perbedaan Pemahaman 

Selain konflik tuntutan kehamilan, Minar dan Sahar juga menghadapi tingkah inang yang belum bisa membedakan mana privasi keluarga dan bukan. Inang seringkali menceritakan konflik yang dialami rumah tangga Sahar kepada keluarga dan kerabatnya.


Hal tersebut membuat Sahar bertambah stress, sedangkan Minar harus menghadapi gejolak emosi dan perubahan yang suaminya rasakan.


Bukan hanya ikut campur dalam urusan ranjang, Inang juga mengganggu anak-anaknya yang sedang bekerja. Inang yang baru mengenal ponsel pintar terus menerus minta diajari oleh Minar, dan mulai menganggunya saat bekerja.

Minar dalam Catatan Harian Menantu Sinting

Minar, sebagai menantu, tentunya sangat kewalahan dalam menghadapi Inang. Namun, di depan Inang, Minar selalu berusaha menahan diri dan bertindak secukupnya.


Pada akhir film, penonton tidak akan mendapatkan perubahan karakter dari Inang. Jangan berharap Inang melakukan intropeksi dan menjadi lebih baik.


Sebaliknya, Minar mulai bisa memetakan keberuntungan yang ada dari kepedulian inang. Minar menyadari bahwa akan selalu ada kekurangan dan ketidakcocokan antara mertua dan menantu, tetapi sebenarnya selalu ada kasih sayang dan kepedulian di dalamnya.


Review Film Catatan Harian Menantu Sinting

Tanpa mengurangi apresiasi dan terima kasih setelah cukup enjoy menonton film ini, terdapat beberapa review jujur yang perlu ditulis untuk kemajua film tanah air.


Souce Sinematografi Tidak dimanfaatkan Dengan Baik


Pernikahan adat batak yang pasti mengeluarkan budget tidak sedikit, ternyata tidak membuat film ini memiliki sinematografi yang memukau. 


Dengan iming-iming sutradara yang sama dengan Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, besar harapan film ini memiliki kualitas sinematografi yang memukau. Namun, transisi dan gerak yang dimiliki film ini justru membuat penonton pusing.

Pernikahan dalam film Catatan Harian Menantu Sinting
Meskipun mungkin memiliki tujuan lain, tetapi pengambilan video dalam film ini terasa de javu. Seperti pengalaman menonton video-video vlog di youtube–yang jelas termaafkan karena beberapa tidak mengguna stabilizer.


Terdapat 3 kali adegan pernikahan batak yang sangat mewah dan asik, tetapi pengambilan video cukup mengecewakan. Untuk adegan pesta yang meriah, pengambilan video justru tak kalah lincah. Membuat penonton olahraga telinga dan mata.


Logat Batak yang Sangat Minim


Tidak ada yang meragukan kualitas akting Raditya Dika sebagai aktor komedi. Namun, sebagai Sahar, logat bataknya masih sangat kurang. 


Apalagi Raditya Dika merupakan seorang komika dan host podcast yang cukup ternama. Sepertinya banyak orang bisa mengenai suara radit tanpa perlu melihat videonya. Suara dan logat khas Radit yang sudah sangat dikenali masyarakat.

Sahar dalam film Catatan Harian Menantu Sinting
Dialog batak karakter Sahar jadi sangat terlihat “menghafal naskah”, atau justru jadi “Raditya Dika banget”. Logat batak ini semakin terbanting saat scenes keluarga besar, apalagi saat berkomunikasi dengan karakter Monang yang diceritakan sebagai kakaknya.


Tidak Ada Penyelesaian Masalah

Seperti yang sudah tertulis dalam sinopsis, jangan berharap ada perubahan karakter dari Inang (si mama mertua). Karena ya memang tidak ada.


Salah satu konflik sebenarnya adalah Sahar tidak bisa tegas dalam membatasi turut campur Inang dalam rumah tangganya. Jelas, Sahar sudah mengatakan bahwa ia tidak berani melawan.

Sahar dan Minar dalam Catatan Harian Menantu Sinting
Namun, Sahar sudah mengalami sendiri kerugian besar untuk dirinya saat Inang menceritakan kondisi kesehatan Sahar kepada kerabatnya dan ditulis juga di facebook.


Meskipun poin plus dari film ini adalah tetap menghormati orang tua meskipun mereka tidak memiliki pemahaman yang sama, tetapi tidak adanya tindakan atau pelajaran yang diberikan Sahar kepada Inang membuat karakter mereka tidak tumbuh bersama.


Dalam film ini, karakter yang bertumbuh pesat hanyalah Minar. Sementara karakter Sahar cukup memiliki perubahan dalam mengatasi masalahnya, karakter Inang malah tidak sama sekali. 


Memahami dan Menghormati Orang tua


Salah satu keunggulan dalam moral film ini adalah bagaimana Sahar dan Minar tetap berusaha memahami dan menghormati Inang. Meskipun Inang seringkali mengatakan Minar bodoh, tetapi Minar mengetahui bahwa itu hanya kebiasaan cara inang berbicara.

Inang yang terus menuntut Minar
Kekesalan Minar juga selalu ia kelola dengan baik. Rasa marah dan kesal yang manusiawi tidak membuat Minar kehilangan kendali dan menjadikannya sebagai menantu durhaka.


Begitu pun dengan Sahar, ia berusaha memahami istrinya meskipun masih berada di posisi bingung untuk menuruti keingin ibunya. Namun, keduanya berhasil menjadi pasangan dan anak yang baik. Tidak sempurna, tetapi berusaha untuk menjadi yang baik.


Nah, itulah sinopsis dan review dari film Catatan Harian Menantu Sinting. Tulis pendapat kalian di kolom komentar ya.


Salam Hangat,

Helra.